Pages

Friday, July 26, 2013

Dahlan Iskan : Di ASEAN, Industri Pertahanan Indonesia Tanpa Saingan


Dahlan Iskan : Di ASEAN, Industri Pertahanan Indonesia Tanpa Saingan



Industri Pertahanan Indonesia (PT Pindad, PT DI maupun PT PAL) Kuasai ASEAN

Terlihat sekali semenjak menteri BUMN dipegang Dahlan Iskan, industri pertahanan Indonesia maju pesat. Kebangkitan Inhan yang seperti panah melesat ini membuat Menteri BUMN Dahlan Sumringah

Perkembangan industri pertahanan (Inhan) nasional membuat Menteri BUMN Dahlan Iskan sumringah. Kini, sektor ini bisa menjadi andalan. Apalagi setelah mampu meraja di Asia.

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan masih perlu kerja keras. Agas Inhan bisa lebih kuat dan mandiri. "Jadi industri pertahanan kita untuk kawasan Asean kita tidak ada saingan karena memang kita leading dari negara-negara Asean.Dengan Eropa walaupun kita tidak bersaing tapi kita diajak kerjasama berarti mereka yakin dan percaya sama kemampuan kita," ungkap Dahlan usai senam pagi di kantornya, Jumat (26/07/2013).

Melesatnya industri pertahanan dalam negeri, lanjutnya, tak luput dari keberhasilan program restrukturisasi yang dilakukan. ‘’Kita bisa lihat laporan keuangan PT Pindad,PT DI maupun PT PAL semua menunjukan perbaikan jika dibanding dulu. Saya berterima kasih kepada DPR karena ada restrukturisasi utang dan ada bantuan pemerintah sehingga masalah ini selesai," pungkasnya. Inilah.com

Perusahaan Komponen Pesawat Terbang AS Ingin Tambah Investasi di RI


Jakarta – Perusahaan komponen pesawat terbang asal Amerika Serikat, UTC Aerospace Systems ingin mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Rencananya, investasi kedua akan ditanamkan senilai US$ 40 juta, atau kurang lebih Rp 400 miliar.Dirjen Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana mengatakan, saat ini UTC memiliki perusahaan joint venture dengan BUMN PT Pindad, dan memiliki pabrik pembuatan komponen pesawat seperti landing gear, aerostructure di Bandung. Dengan pertimbangan pasar yang terus berkembang di Indonesia, maka UTC menanamkan investasi yang kedua”Dengan Bandung sudah dibentuk tahun 1997, sudah joint venture, dan dia ingin memperbesar, mau expand. Dia nanya insentif,” kata Agus setelah menerima delegasi dari UTC di kantor Kementerian Perindustrian, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Rabu (24/7/2013).Dalam investasi keduanya kali ini, UTC mengharapkan insentif dari pemerintah Indonesia, sebagaimana yang dia dapatkan di beberapa negara lain tempat mereka menanamkan investasi. “Kita tawarkan tax holiday, sama tax allowance,” tambahnya.Dengan investasi tersebut, UTC mengharapkan bisnisnya akan berkembang dan menjanjikan akan menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 400 orang. “Nanti dia akan rapat dengan Pindad,” katanya.Agus mengungkapkan, produk-produk yang dihasilan UTC tersebut untuk memasok kebutuhan maskapai penerbangan. Agus menyebutkan Garuda Indonesia sebagai contohnya. “Karena dia buka juga di Dubai, dan dia melayani Qatar Airways,” katanya. (Detikfinance)

Spanyol Minati Industri Kapal Militer



 JAKARTA--- Ini kabar baik bagi industri dan BUMN pertahanan Indonesia. Pemerintah Spanyol menaruh minat untuk menjadi konsumen dan mitra produk-produk alutsista Indonesia.

Ini disampaikan Menhan Spanyol Pedro Morenes Eulate saat bertemu Menhan Purnomo Yusgiantoro di kantornya Rabu (13/2).  Pertemuan berlangsung tertutup dengan didahului upacara penyambutan militer.

Dalam pertemuan itu, kedua menteri membahas sejumlah strategi pertahanan negara, seperti peningkatan pendidikan, perencanaan, inovasi, dukungan logistik, hingga akuisisi produk pertahanan. "Kita setuju untuk memperkuat kerja sama. MoU mencakup atensi kedua negara untuk memfasilitasi peningkatan kerja sama yang telah dibangun sejak 2007,"ujar Menhan Purnomo usai pertemuan.

Purnomo menjelaskan, kerja sama bidang ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi berkaitan dengan penggunaan sistem dan perangkat militer yang terkait teknologi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Industri Strategis."Teknisnya kita akan detailkan nanti antar BUMN dengan mitranya dari Spanyol," katanya.

Hubungan baik antara Indonesia dan Spanyol terjalin khususnya di bidang industri pesawat terbang. Hal tersebut ditandai dengan produksi pesawat jenis Cassa sipil dan militer. "Kita sudah ada joint production antara PTDI dan Airbus Spanyol untuk jenis N -295," katanya.

Nah, lanjutnya, dalam pembicaraan kemarin ada arah kerjasama yang lebih luas hingga merambah ke industri perkapalan."Kami ingin mengintensifkan bidang industri perkapalan Spanyol, Navantia untuk kerja sama dengam perusahaan kapal Indonesia," katanya.

Seperti diketahui, kapal perang Indonesia lebih banyak diproduksi dalam negeri. Misalnya dua kapal cepat rudal (KCR-60) yang sekarang sedang dikebut oleh PT PAL . Kapal dengan panjang 60 meter, lebar 8,10 meter dan berat total 457 ton itu diproyeksikan memperkuat armada perang. Kapal ini bahkan bisa dilengkapi alat antiserangan kapal selam. Kontrak penyelesaian kapal cepat rudal jatuh tempo Maret dan Desember 2013.

Kapal perang lain yang segera dimiliki AL yakni PC 40. Jenis PC 40 merupakan kapal perang patroli. Jika sudah selesai , kapal-kapal PT PAL itu akan bergabung dengan 156 kapal yang dimiliki TNI AL. Sehingga dengan tambahan yang baru, AL memiliki kapal 162 buah kapal perang.

Masih ditambah kapal selam yang dipesan di Korea Selatan. "Nanti akan ada tim lanjutan yang menjajaki kemungkinan industri kapal perang ke Spanyol," kata menteri asal Semarang itu.(rdl) jppn.com

Tuesday, July 9, 2013

Indonesia Jadikan RX 420 Pondasi Bangun Pabrik C-705



Kunjungan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro ke China, beberapa waktu lalu tidak sia-sia. Setelah membeli sejumlah rudal China, pemerintan negeri tirai bambu itu akhirnya menyetujui opsi yang diminta pemerintah RI. Tidak tanggung-tanggung, Indonesia diperkenankan membangun pabrik rudal C-705 di tanah air.

Rudal C 705 ini berhulu ledak 110 kilogram, dengan daya jangkau 75 km dan 170 km dengan tambahan roket pendorong. Rudal ini memiliki Sistem pemandu: radar, TV, atau IR dengan target kapal berbobot 1500 ton. Rudal jelajah C 750 bisa diluncurkan dari pesawat, kapal dan kendaraan darat. Selain dipasang di kapal, Indonesia akan memasangnya di silo darat, seperti yang dilakukan vietnam untuk rudal Yakhont yang digunakan Indonesia di beberapa KRI.

Kini, Departemen Pertahanan sedang mengumpulkan para pakar rudal Indonesia untuk mempersiapkan pembangunan pabrik rudal C-705. “Kita akan menggenjot produksi alutsista dalam negeri. Kalau tidak bisa, kita akan lakukan joint production, atau transfer teknologi,” ujar Purnomo Yusgiantoro

“Peluru kendali ini kalau kita bisa produksi dalam negeri, akan kita pasang di daerah perbatasan untuk pengamanan,” ujar Menteri Pertahanan.

Pembangunan Pabrik rudal C 705 dilakukan Kementrian Pertahanan RI dan Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMEIC) yang menjadi pemegang proyek pengerjaan rudal.

Rudal C-705 kali pertama diperkenalkan ke publik pada ajang Zhuhai Airshow ke-7 tahun 2008. Misil ini adalah pengembangan dari C-704, dan bentuknya lebih menyerupai miniatur C-602. Pengembangan rudal baru ini fokus ke tiga hal: elemen mesin, hulu ledak, dan sistem pemandu. Dengan desain modular dari mesin baru, membuat jangkauan rudal yang sebelumnya 75-80 km, menjadi sampai 170 kilometer.

C-705 dipersiapkan untuk mengkandaskan kapal perang dengan daya hancur mencapai 95,7%, ideal untuk menenggelamkan kapal.

Kerjasama rudal C 705 sangat penting bagi Indonesia dan sangat strategis. Dari rudal ini, Indonesia akan mengembangkan kemampuan rudal Cruiser RX – 420 yang ditargetkan memiliki daya jangkau 300 Km lebih. Rudal Lapan RX- 420 sudah diuji coba beberapa kali. Namun hingga kini masih ada kendala dipersoalan di keakuratan daya jelajah, dalam mencapai target sasaran secara presisi. Jika teknologi cruiser telah dimiliki para pakar rudal Indonesia, munculnya rudal RX- 420 versi militer, akan menggentarkan negara negara tetangga. Diharapkan negara tetangga yang mencoba mengganggu teritorial Indonesia, akan berpikir puluhan kali jika pertahanan rudal Indonesia bisa dikembangkan optimal. (Detik Forum)

Monday, July 8, 2013

Vietnam Segera Miliki Pesawat Militer Tanpa Awak


"Kami ditugaskan membuat pesawat tak berawak pertama Vietnam pada November 2011. Desember lalu, pesawat tak berawak ini pertama kali diuji. Wahana tersebut bisa beroperasi di sepanjang lereng gunung dalam cuaca yang keras dengan suhu sekitar 10 derajat celsius dan suasana berkabut," ujar Kolonel Do Van Lap, direktur Viettel Flight Center Instrumen, seperti dilansir xinhua.

Pesawat VT-Patrol, dengan lebar sayap 3,3 meter, memiliki berat take-off 26 kg dan dapat secara otomatis terbang serta mengirimkan informasi real-time beserta gambar. Pesawat itu terbuat dari komposit untuk memastikan ketahanan dan meringankan bobotnya..

Melalui proses uji penerbangan, para ahli berhasil menangani masalah glasiasi di beberapa bagian pesawat ketika terbang pada suhu di bawah 15 derajat celsius dan kelembaban lebih dari 90 persen.

Pesawat VT-Patrol mampu terbang pada kecepatan 100 sampai 150 km per jam, dengan jarak tempuh 50 km. Pesawat ini juga dilengkapi kamera inframerah High Definition (HD) yang dapat mengidentifikasi dan membedakan target dalam jarak 600 meter. (esy/jpnn)

Sunday, July 7, 2013

Pindad Garap Panser Anoa Untuk Malaysia


JAKARTA - Prestasi BUMN di bidang industri alat utama persenjataan PT Pindad cukup membanggakan. Bulan ini, para pekerja Pindad sedang menyelesaikan pesanan dari Malaysia. Total, negeri Jiran minta 32 unit panser produksi anak bangsa itu. 
    
“Masih tahap penyelesaian administrasi. Tapi, secara umum kami siap menyelesaikan pesanan tepat waktu,” ujar Kepala Humas Pindad Tuning Rudyati kemarin. 
     
Panser Anoa merupakan salah satu produk kendaraan berlapis baja unggulan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbasis di Bandung. Pindad sendiri merupakan perusahaan manufaktur yang menyediakan berbagai produk mesin seperti generator, senjata, kendaraan tempur, amunisi untuk militer. 

Proses kesepakatan order dengan Malaysia telah melewati tahapan mulai dari konsep, pengiriman delegasi Malaysia ke Indonesia, uji coba, sertifikasi hingga tahapan negosiasi. Tinggal satu lagi yakni prosedur kontrak atau legal binding antara dua pihak. 

Produksi panser Anoa setidaknya membutuhkan waktu sepuluh bulan. Harga per unitnya sekitar Rp 8 miliar. PT Pindad juga sedang menyelesaikan pesanan 150 panser lagi dari Kementerian Pertahanan untuk TNI.  Sebelumnya, Pindad berhasil menyelesaikan 150 panser yang dipesan tahun 2008.   

“Panser Anoa sebagian sudah berada di Lebanon untuk memperlancar tugas pasukan perdamaian TNI di bawah Unifil PBB,” jelasnya. 

Selain Malaysia, Afghanistan pernah memesan panser Anoa buatan Bandung. Kebutuhan spesifikasi panser masing-masing negara sangat beragam tergantung strategi penyerangan yang dianut. Afghanistan misalnya, membutuhkan panser yang bisa memproduksi air minum karena medan operasinya gurun yang tandus. 

Panser Anoa memiliki beberapa varian tipe. Contohnya saja Panser Anoa 6x6 diproduksi dengan sistem penggerak 6 roda simetris dan dirancang khusus untuk kebutuhan ALUTSISTA TNI Angkatan Darat khususnya satuan kavaleri. 

Ukuran dan operasional panser Anoa disesuaikan dengan  doktrin dan taktik tempur TNI. Panser yang dilengkapi dengan mounting senjata 12,7 milimeter (mm) dan dapat berputar 360 derajat ini dapat mengangkut 10 personil dengan tiga kru, satu driver, satu commander dan satu gunner. (Jppn)

Saturday, July 6, 2013

Pesawat Made in Bandung Laris Dibeli Timor Leste, Malaysia Hingga Madagaskar


Bandung – BUMN produsen pesawat terbang asal Bandung, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) gencar menggarap pasar di Asia Pasifik. Sejumlah kontrak pembuatan pesawat NC212, CN-235 dan CN-295 akan diteken tahun ini dengan Filipina, Thailand, dan Malaysia.

Hal itu disampaikan Manajer Pemasaran PT DI, Teguh Graito di Kantor PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Selasa (2/7/2013).

Ia menuturkan, pasar Asia Pasifik menjadi salah satu pasar yang fokus digarap PT DI karena jarak yang lebih dekat dan hubungan diplomatik yang baik.

“Di wilayah Asia Pasifik, kita punya sejarah yang kuat. Hanya sedikit produsen pesawat terbang di Asia,” ujar Teguh.

Berdasarkan market studi bersama Airbus Military (CASA), kebutuhan pesawat kelas NC212 di Asia Pasifik sekitar 100 unit, CN-235 sekitar 75 unit dan CN 295 sekitar 75 unit. Dengan market studi yang ada, PT DI pun melakukan penetrasi dengan melakukan market survei secara langsung untuk mengetahui indikasi kebutuhan yang sebenarnya.

Teguh menyebutkan khusus untuk NC212 sejumlah negara saat ini tengah intens komunikasi untuk melakukan kerjasama. Kebutuhan NC212 diantaranya 2 unit untuk Air Force Filipina, sebanyak 6-8 unit untuk Ministry of Agriculture and Cooperatives (MoAC) Thailand, 6 unit untuk Myanmar Airforce, 2 unit untuk Nepal Army, 2 unit untuk Papua Nugini, 2 unit untuk Timor Leste Air Force, 2 unit untuk Biman Airlines Bangladesh dan 2 unit untuk Air Madagaskar.

“Untuk Thailand, dari kebutuhan 6-8 unit, mereka menginginkan pengiriman 1 setiap tahun. Kita sudah mengerjakan 1 tahun 2012 lalu, harapannya, tahun ini akan ada kontrak lagi,” katanya.

Sementara untuk CN-235 PT DI tengah intens berkomunikasi dengan sejumlah negara seperti Filipina, Malaysia, Brunai Darusalam, Thailand dan Myanmar.

“Malaysia berencana mengkonversi 3 unit CN-235 nya menjadi maritim patrol. Selain itu Filipina juga diharapkan akan kontrak dengan kami tahun ini,” tutur Teguh. (www.indonesian-aerospace.com)

KASAL RASAKAN KECANGGIHAN HELIKOPTER PRODUKSI PT DI


SURABAYA - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio, Jumat (21/6) pagi menjajal menerbangkan pesawat helikopter jenis N-Bell 412 EP HU-419 produksi PT Dirgantara Indonesia (DI). 

Helikopter tersebut merupakan salah satu dari tiga heli yang baru diserahkan PT DI kepada Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) pada 26 April 2013 lalu untuk skuadron 400 Lanudal Juanda.

”Tadi saya terbangkan sendiri. Ini merupakan pertama kali, karena lebih seringnya saya sebagai penumpang. Ternyata helinya sangat canggih, ada auto pilotnya, sehingga kalau kita tidak pegang kemudi, bisa tetap melaju,” jelasnya.

Dalam menerbangkan heli N-Bell ini, Kasal didampingi Komandan Puspenerbal Laksma TNI I Nyoman Nesa, Komandan Wing Udara 1, Kolonel Laut (P) Erwin, Komandan Lanidal Juanda, Kolonel Laut (P) Sigit Setiyanta, dan pilot sekaligus instruktur Letkol Laut (P) Muhammad Tohir. 

Mereka terbang dari Lanudal Juanda menuju Porong, Sidoarjo. 

”Saya kemudian mulai dari berangkat sama diatas Sidoarjo.Baru kembalinya, saya diminta untuk mengembalikan ke pilot,” lanjut Kasal. 

Sebelum mulai terbang, Kasal lebih dulu menjalani prosedur standar operasi penerbangan AL, meliputi pengecekan kesehatan, menerima briefing dari instruktur, kemudian melakukan preflight inspection dan start engine. 

Usai melakukan operasi penerbangan, di apron Base Ops, Kasal menerima penyematan brAvet penerbangan AL dari Dan Puspenerbal. 

BravEt itu merupakan alah satu bentuk penghargaan kepada Kasal yang selama ini telah memberikan andil pemikiran guna membangun dan mengembangkan kekuatan TNI AL, terutama Penerbangan AL. 

Kemudian dilanjutkan dengan pengukuhan sebagai warga kehormatan Penerbangan AL. Laksamana TNI Marsetio bukanlah Kasal pertama yang menerima bravet penerbangan. Melainkan sudah Kasal yang kesepuluh. 

Kasal sebelumnya yang menerima brevet yang sama dan diangkat menjadi warga kehormatan penerbangan AL, yaitu Laksamana TNI (Purn) Arief Kushariadi, Laksamana TNI (Purn) Widodo AS, Laksamana TNI (Purn) Achmad Sutjipto, Laksamana TNI (Purn) Indroko S, Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh, Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, Laksamana TNI (Purn) Sumardjono, Laksamana TNI Agus Suhartono dan Laksamana TNI Soeparno. (www.indonesian-aerospace.com)

Friday, July 5, 2013

KASAU Senegal puji kemampuan CN-235


Dakar, Senegal - Kepala Staf Angkatan Udara Senegal Jenderal Ousmane Kane memuji kemampuan pesawat angkut militer CN-235 produksi Indonesia yang dimiliki oleh Angkatan Bersenjatanya.

"Pesawat ini bisa terbang dalam segala cuaca dan irit bahan bakar. Kami menggunakannya untuk segala keperluan," kata Ousmane saat pertemuan dengan Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin di Dakar, Senegal, Jumat.

Dalam pertemuan tersebut Sjafrie didampingi Dirjen Strategi Pertahanan Mayjen Sonny Prasetyo, Direktur Pemasaran PT Dirgantara Indonesia Budiman Saleh, Direktur Afrika Kemenlu Lasro Simbolon dan Dubes RI di Dakar Andradjati.

Jenderal Ousmane mengatakan, negaranya berusaha meningkatkan kemampuan kekuatan udara, sehingga sangat membutuhkan berbagai pesawat, radar, roket dan amunisinya.

"Bagaimana kami bisa mendapatkan pesawat buatan Indonesia. Untuk itu kami perlu lebih banyak informasi, dokumen, dan skema pembiayaannya karena harus dikoordinasikan dengan pihak lain di Senegal," katanya.

Pesawat-pesawat dari Indonesia itu, katanya, diharapkan bisa memperkuat armada Angkatan Udara Senegal ke depan.

Staf operasional Angkatan Udara menambahkan pesawat CN-235 yang dimiliki Senegal dipergunakan untuk transportasi VIP, prajurit, serta digunakan untuk ambulans udara demi membawa yang sakit dan terluka.

"Pesawat digunakan untuk terbang dalam segala cuaca, tapi tak bisa digunakan untuk terjun payung. Karena pintunya tidak dilengkapi untuk penerjunan," kata staf berpangkat kolonel itu.

Ia juga mengatakan pemakaian bahan bakar sangat rendah. Itu sangat penting bagi Senegal karena bisa lebih efisien, katanya.

Sjafrie mengatakan, ada kebijakan baru industri militer yaitu didasarkan pada keinginan pengguna. Apakah pesawat itu untuk angkutan barang, orang, atau fasilitas barang dan orang. 

Jika digunakan untuk menurunkan penerjun payung, maka itu bisa dilengkapi, katanya.

"Kita lebih baik berhubungan langsung dengan produsen, tidak membeli dari pihak lain. Persoalan perawatan dan mekanik jadi lebih mudah diatasi," kata Sjafrie..

Jenderal Ousmane menanyakan jika pesan sekarang berapa lama pesawatnya bisa dikirim, dijawab oleh Budiman Saleh satu sampai tiga tahun tergantung proses administrasi, kontrak dan pembayarannya.

Sjafrie menawarkan pembelian langsung ke PT DI dan bukannya lewat pihak ketika. "Itu lebih baik," ujarnya. (Antara).

Thursday, July 4, 2013

Wamenhan minta dubes aktif promosi CN 235

Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin (ANTARA/Basrul Haq )

Dakar - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin meminta Dubes RI di Dakar Andradjati untuk aktif mempromosikan produk industri pertahanan nasional, termasuk pesawat CN 235 dan CN 295.

"Dubes itu harus jadi `salesman`. Menjual produk industri pertahanan bukan berbisnis, tapi membantu BUMN strategis dalam promosi," katanya dalam pertemuan dengan staf KBRI Dakar, Kamis.

Dubes RI di Dakar Andradjati merangkap delapan negara lain di Afrika seperti Kongo, Gambia, Mali, Sierra Leone, Guinea Bissau, Pantai Gading, Gabon.

Dubes mengatakan sejak ditugaskan di Dakar ia telah berusaha membantu memasarkan pesawat buatan PT Dirgantaa Indonesia itu.

"Saya sudah membuat brosur dan majalah yang mempromosikan keunggulan CN 235," ucapnya.

Senegal yang belum membuka perwakilannya di Jakarta sudah membeli dua pesawat CN 235 lewat penjamin dari Belgia. Pesawat itu akan ditinjau Sjafrie dalam kunjungan dua harinya ke Afrika Barat itu.

"Senegal juga berminat tambah alusista, namun kemampuan ekonomi belum cukup. Perlu pihak lain sebagai penjamin seperti Belgia untuk pembelian CN 235," ujar Dubes.

Wamenhan menjelaskan kunjungannya di Afrika untuk akselerasi kerja sama pertahanan internasional.

"Tahun 2014 seluruh benua di dunia sudah tersentuh kerja sama pertahanan dengan Indonesia," tuturnya.

Indonesia juga sudah terlibat "peacekeeping forces" di Kongo. Sjafrie meminta Dubes menemui Kontingen Garuda di Kongo pada HUT TNI 5 Oktober mendatang.

"Mereka sudah berprestasi dan selama 10 tahun membuat jalan sampai puluhan dan ratusan km," katanya. (Antara News)

Tuesday, July 2, 2013

Wamenhan pasarkan CASA 212 dan CN 235 ke Afrika

Pesawat CN-235 produksi PT DI

Kampala, Uganda - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin memasarkan pesawat CASA 212 dan CN-235 produksi PT Dirgantara Indonesia ke sejumlah negara di Afrika.

Di Kampala, Uganda, Selasa, Sjafrie mengadakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Kiyonga Crispus dan menyampaikan presentasi mengenai produk-produk industri pertahanan Indonesia termasuk pesawat angkut militer buatan PT DI kepada para pejabat kementerian pertahanan setempat.

"Pesawat angkut militer Indonesia kini sudah digunakan dua unit di Senegal dan satu unit di Burkina Faso. Kita proaktif pasarkan ke negara-negara Afrika lain seperti Uganda sekarang ini," kata Sjafrie yang didampingi Dirjen Strategi Pertahanan Mayjen Sonny ES Prasetyo dan Direktur Pemasaran PT DI Budiman Saleh.

PT DI sampai saat ini sudah memproduksi pesawat angkut jenis CASA sebanyak 102 unit dan sudah terbang di berbagai negara untuk berbagai keperluan militer dan sipil. Pesawat CN 235 misalnya diproduksi dalam beberapa varian, baik militer, medis, patroli maritim, atau penumpang.

"Untuk Afrika kami belum menjual secara langsung, melainkan melalui penjamin di Belgia. Ada juga pesawat kami yang dioperasikan di Afrika yang berasal dari donasi para pembelinya seperti untuk keperluan misi PBB," kata Budiman.

Atase Pertahanan KBRI di Pretoria, Afrika Selatan, mengakui pasukan penjaga perdamaian PBB di Afrika ada yang menggunakan pesawat CASA buatan Indonesia.

Pernah suatu ketika, saat Erwin akan terbang dari Bandara Entebbe, Uganda, ke Kenya, dia naik pesawat angkut militer. Pilotnya yang berasal dari negara Eropa Timur sebelum masuk ruang kemudi berdiri menyampaikan pengumuman.

"Selamat datang di pesawat angkut CASA buatan Indonesia," kata si pilot sambil menyampaikan ada perwira Indonesia yang juga naik pesawat tersebut.

"Saya bangga betul menjadi orang Indonesia. Kita sudah mampu membuat pesawat yang dipakai sampai di Afrika," kata Erwin.

Pesawat produksi PT Dirgantara Indonesia (DI) sudah melanglang buana. Menurut catatan, secara keseluruhan ada 44 pesawat CN 235 buatan PT DI terbang di luar negeri. Pesawat ini melayang di Malaysia (2 varian VIP dan 6 untuk transportasi militer); di Brunei 1 unit; di Pakistan 4 unit; di Thailand 2 unit; di Uni Emirat Arab 3 unit VVIP, 1 unit VIP, dan 3 unit kendaraan angkut militer.

Selain itu ada juga 12 unit untuk Korea Selatan, 8 unit sudah diserahkan sejak 2000, sisanya 4 unit sudah diberikan awal tahun. (Antara)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...