Pages

Friday, October 4, 2013

KAI Gandeng Len Buat Sistem Berantas Percaloan


JAKARTA - PT KAI (Persero) dan PT Len Industri (Persero) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Rekayasa dan Manufaktur dalam bidang Perkeretaapian teknologi Informasi dan Telekomunikasi.Kerjasama ini diwujudkan melalui pengembangan sistem manajemen operasi kereta api, verifikasi E-KTP dan penerapan RFID (Radio Frequency Identification).
Direktur Utama PT Len Industri, Abraham Mose mengatakan, penandatangan MoU ini merupakan realisasi dari program sinergi antar sesama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
"Peranan Len dalam sinergi ini mencakup pengembangan solusi deteksi keberadaan kereta api, pengembangan sistem manajemen operasi kereta api, verifikasi E-KTP, verifikasi tiket dan penerapan RFID," terang Mose di sela-sela acara penandatanganan kerjasama di Stasiun Gambir, Jakarta, Jumat (4/10).
Pria yang akrab disapa Mose ini menjelaskan, untuk verifikasi E-KTP sendiri bertujuan untuk mengetahui KTP palsu pada saat pembelian tiket. Pada tahap awal pemasangan verifikasi E-KTP rencananya akan dipasang di stasiun-stasiun besar. "Ini juga untuk menghindari praktek percaloan," ucapnya.
Dia berharap dengan terbentuknya sinergi antar BUMN ini bisa menambah kenyamanan dalam bertransportasi, khususnya kereta api dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. "Kami akan selalu hadir dan ada untuk bersinergi dengan KAI," harap dia.
Mengenai besarnya dana yang akan dikeluarkan untuk kerjasama ini, Mose belum bisa merinci secara detail. Sebab pemasangan alat ini belum diketahui berapa banyak jumlahnya. "Kalau untuk pemasangan verikasi E-KTP sekitar Rp 50 juta untuk satu alat. Kalau totalnya kita belum bisa merinci secara keseluruhan," akunya.
Di tempat yang sama, Direktur Utama PT KAI, Ignasius Jonan menuturkan dengan adanya kerjasama dengan Len Industri, maka bisa memudahkan pihaknya untuk memonitor adanya penipuan.
"Dengan kerjasama ini salah satunya dapat memudahkan kami untuk memonitor praktek percaloan yang kerap memalsukan data KTP," pungkasnya. (chi/jpnn)

Tuesday, October 1, 2013

Dahlan Iskan Dorong Garuda Beli Pesawat Buatan Anak Negeri



JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan mendorong PT Garuda Indonesia untuk membeli pesawat buatan dalam negeri milik PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Bekas Dirut PLN ini mengaku sudah menyampaikan usulannya itu pada Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar.
"Sudah pasti, saya sarankan ke Pak Emir, bahwa ke depannya jangka panjang, kita harus dorong Garuda untuk membeli pesawat buatan PT DI," ujar Dahlan usai menghadiri penandatangan kerjasama pembelian pesawat ATR72-600 di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (1/10).
Untuk saat ini, Dahlan setuju bahwa Garuda membeli armada buatan luar negeri. Sebab jika itu tidak dilakukan, artinya Garuda akan tertinggal dengan maskapai penerbangan lainnya.
"Mereka memerlukan (pesawat ATR,red) sangat mendesak, artinya bahwa kalau tidak ditandatangani kerjasama ini artinya Garuda akan ketinggalan dari penerbangan yang lain katakanlah dengan Lion," terangnya.
Meski begitu, pria asal Magetan ini tak mau terburu-buru memaksa Garuda menggunakan pesawat buatan PT DI. Sebab Dahlan sadar bahwa bukan perkara mudah bagi PT DI untuk memproduksi pesawat. Dia menilai pesawat buatan PT DI bisa digunakan oleh Garuda sekitar tiga tahun lagi.
"Jadi tadi itu saya di satu pihak senang (Garuda beli ATR,red) berarti Garuda bisa berkembang, dilain pihak saya menderita batin. Kenapa yang begini-begini bukan buatan Bandung (PT DI,red). Tapi memang saya tidak boleh juga terlalu emosional. Membuat pesawat itu butuh waktu kira-kira perlu dua tahun lagi. Target beli pesawat PT DI, jangka menengah 3 tahun lagi lah bisa," pungkasnya. (chi/jpnn)

Sunday, September 29, 2013

Monorel Peti Kemas Pertama di Dunia Lahir di Surabaya


SURABAYA – Konsorsium BUMN kembali melahirkan inovasi baru dalam bidang transportasi darat. Kali ini empat BUMN berkolaborasi untuk mengembangkan monorel pengangkut peti kemas atau automated container transporter (ACT).

ACT diuji coba kali pertama di hadapan Menteri BUMN Dahlan Iskan kemarin (28/9) di depan kantor PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III.
Saat meninjau, Dahlan mengatakan, monorel peti kemas tersebut dapat menjadi solusi atas persoalan kepadatan di jalan darat. ”Kalau kontainer bisa dikirim dengan monorel, kepadatan sekaligus kehancuran jalan raya bisa dihindari,” kata Dahlan setelah mengikuti senam sehat di lapangan Prapat Kurung dan dilanjutkan demo monorel peti kemas kemarin (28/9).
Dalam demo yang berlangsung singkat tersebut, satu kereta api mengangkut satu kontainer. Lantaran laju kereta yang didemokan lamban, Dahlan lantas menceletuk. ”Tentu (setelah dioperasikan) kecepatannya tidak begini kan?” tanya dia yang disambut tawa para pejabat BUMN yang ikut menyaksikan.
Realitanya, dalam pengoperasian, satu kereta api bisa mengangkut tiga rangkaian kontainer sekaligus dengan kecepatan 40 km per jam. ”Jadi, tiap lima menit sekali lewat dan memanfaatkan double track (rel ganda),” lanjut Dahlan.
Monorel pengangkut peti kemas merupakan peralatan penunjang yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Perak dan Terminal Multipurpose Teluk Lamong dengan panjang lintasan 11,445 km. Diperkirakan, proyek tersebut membutuhkan investasi sedikitnya Rp 2,5 triliun.
Dalam rencana proyek itu, PT Pelindo III dan PT Adhi Karya menjadi pemilik proyek. Sementara itu, pelaksana proyek adalah PT Adhi Karya, PT Industri Kereta Api (Inka) Indonesia, dan PT LEN Industri. Pembangunan diestimasikan memerlukan waktu dua tahun.   
”Nah, kalau nanti bisa diwujudkan, ini bakal menjadi ide yang luar biasa dan pertama di dunia. Serta, untuk kali pertama pelabuhan pakai ini. Makanya, saya berterima kasih kepada Pelindo III atas terobosan ini, juga kepada Adhi Karya, Inka, dan LEN Industri. Tidak lupa kepada BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) karena ahli-ahli di BPPT dapat mengaplikasikan untuk kepentingan masyarakat secara nyata dan tidak sekadar di dalam dokumen,” tutur Dahlan.
Selain itu, Dahlan menyambut baik rencana konsorsium mengurus hak paten monorel pengangkutan peti kemas tersebut. Menurut dia, proyek itu merupakan hasil kerja keras para BUMN sehingga layak bila dipatenkan.
”Saat ini hak paten atas monorel itu masih diurus. Apalagi, monorel peti kemas adalah inisiatif dan pemikiran dari teman-teman BUMN. Karena itu, saya minta itu diurus dengan serius,” tandas Dahlan
Ke depan, lanjut Dahlan, monorel peti kemas memungkinkan dikembangkan ke pelabuhan lain. Terutama pelabuhan dengan tingkat kepadatan cukup tinggi seperti di Tanjung Priok. Tujuan utama monorel peti kemas, yakni mengurangi kepadatan di jalan raya, dinilai sesuai dengan karakteristik pelabuhan terbesar di Indonesia itu. ”Nanti menyusul di pelabuhan lainnya, utamanya Tanjung Priok. Sebab, monorel peti kemas itu juga untuk efisiensi,” tambahnya.
Kunjungan Dahlan dilanjutkan ke proyek Terminal Multipurpose Teluk Lamong dengan mengendarai kapal laut. Di situ Dahlan jalan kaki mengelilingi proyek yang pengerjaannya sudah mencapai 61,5 persen. Mulai pengerjaan dermaga internasional, dermaga domestik, lapangan penumpukan, hingga perkantoran. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan penanaman pohon di pintu masuk terminal di kawasan Osowilangon
Selain Dahlan, para direksi dari BUMN terkait ikut menanam pohon. ”Apakah direksi dan komisaris sudah di tempat masing-masing" Saya hitung mundur ya, lima, empat, tiga, dua, satu,” kata Dahlan diikuti dengan penanaman pohon secara serentak.
Setelah menanam, Dahlan berseru kepada para petugas setempat. ”Saya minta tanaman ini disiram dengan baik, apalagi saat tidak ada hujan. Sekarang silakan semua melanjutkan kegiatan di sini karena saya harus segera ke Kalimantan Timur,” ucap Dahlan menyudahi agenda kunjungan pagi itu.
Di bagian lain, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha Pelindo III Husein Latief mengatakan, hingga sekarang pengembangan Terminal Multipurpose Teluk Lamong masih berjalan sesuai dengan target.
”Semoga Mei sudah selesai dan bisa dioperasikan. Kami ingin Terminal Teluk Lamong dapat menekan waiting time (waktu tunggu) kapal. Pada 2014 dermaga internasional bisa menampung dua kapal sekaligus dan dermaga domestik dengan kapal lebih kecil bisa tiga kapal sekaligus. Sedangkan 2016 kapasitas dermaga internasional bisa empat kapal sekaligus dan domestik sekitar enam kapal,” urainya. (res/c10/kim)
http://m.jpnn.com/news.php?id=193248

Saturday, September 28, 2013

The Next N-250 Bakal Mengangkasa di 2018

“Soal buat pesawat kita masih lebih bagus dan jauh di atas China, dari segi kualitas kita masih oke,”

Jakarta - The next N-250 Gatotkaca atau Regio Prop 80 (R80) ditargetkan sudah bisa diproduksi pada 2018. Saat ini R80 masih dalam tahap desain awal atau baru 10%.

“R80 sudah bisa diproduksi dan dijual kami targetkan pada 2018,” kata Komisaris PT Ragio Aviasi Industri (RAI) Ilham A. Habibie kepada detikFinance ketika ditemui di kantornya di Kawasan Mega Kuningan, Jakarta, seperti dikutip, Senin (18/3/2013).

Dikatakan Ilham yang saat ini proses pengerjaan R80 masih dalam tahap desain awal.

“Baru 10%, karena masih dalam tahap desain awal, saat ini sih desain awal masih digarap 20-40 orang, tapi kalau sudah masuk dalam tahap desain rinci yang mengerjakan sudah ratusan orang,” ungkap Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia bidang Riset dan Teknologi ini.

Ilham menargetkan R80 baru akan berproduksi secara keseluruhan pada 2018. “Jika sesuai dengan rencana kami, pada 2018 baru R80 berproduksi total, artinya sudah terkirim dan digunakan airlines,” ucap Ilham.

Untuk mewujudkan target tersebut,saat ini PT Ragio Aviasi Industri (RAI) menyiapkan dana investasi kurang lebih mencapai US$ 400-500 juta.

“Untuk tahap awal kita butuh dana investasi US$ 400-500 juta, tapi itu merupakan dana yang kita galang sendiri dari beberapa pihak namun sifatnya masih pribadi, tapi kalau bener-benar sudah jalan dan butuh dana cukup besar kita bisa gandeng investor atau melepas saham ke publik atau IPO, itu ada tahap-tahapannya,” tandas Ilham.

(rrd/ang)

http://finance.detik.com/read/2013/03/18/114416/2196611/1036/the-next-n-250-bakal-mengangkasa-di-2018?f9911013

Wuih! Pesawat R80 Buatan Perusahaan Habibie Bakal Diproduksi

Prototipe Pesawat /N250 yang akan dipercanggih menjadi pesawat R80 

Ambisi mantan Presiden BJ Habibie segera menjadi kenyataan. Indonesia bakal kembali memproduksi pesawat terbang. Kali ini burung besi yang direncanakan untuk 'dilahirkan' Habibie, yakni Regio Prop 80 (R80).

PT Ragio Aviasi Industri (RAI) kini tengah berada dalam tahap awal pembuatan R80. Pesawat ini bakal dibuat lebih hebat dari N250 yang juga pernah diluncurkan Indonesia melalui Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN/sekarang PT Dirgantara Indonesia).

"Kita buat lebih hebat," kata Habibie usai berpidato di Rakornas Riset dan Teknologi di Kemenristek, Jakarta, Rabu (28/8/2013).

"It's a surprise, you'll see it, ok (ini adalah kejutan, Anda akan melihatnya)," ucapnya. Habibie menuturkan, R80 direncanakan memiliki daya tampung sebanyak 80 kursi. Pesawat ini ditargetkan akan memulai penerbangan pertamanya pada 2018 mendatang.

Komisaris PT RAI Ilham A Habibie menyatakan, R80 merupakan generasi the next N250 yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara Indonesia. Saat ini pembuatan R80 telah mencapai 10 persen. Kemampuan, desain dan teknologi R80 akan mirip dengan N250. Namun dari segi ukuran, R80 memiliki besar dan panjang yang lebih maksimal dibandingkan N250.

R80 akan menggunakan baling-baling di bagian atas badan pesawat sebagai penggerak, seperti N250. Dengan menggunakan baling-baling, konsumsi bahan bakar akan jauh lebih irit.

R80 ini, didesain untuk jarak tempuh kurang dari 600 km. Karena itu dapat dipastikan akan semakin irit bahan bakar. Untuk produksi tahap awal ini R80 menghabiskan US$ 400 juta. (Ant/Ndy/Yus) (Liputan6.com)

Thursday, September 26, 2013

Dahlan Akan Uji Coba Teknologi Baru Tanjung Perak


Surabaya - Menteri BUMN Dahlan Iskan direncanakan mendemonstrasikan proyek monorel Automated Container Transport (ACT) di Pelabuhan Tanjung Perak, Sabtu 28 September 2013. Juru bicara PT Pelindo III (Persero), Edi Priyanto, mengatakan proyek monorel Petikemas tersebut menghubungkan Terminal Teluk Lamong dan Pelabuhan Tanjung Perak.

Menurutnya, ACT merupakan salah satu solusi atas permasalahan kemacetan beberapa ruas jalan di sekitar depo petikemas dan Pelabuhan Tanjung Perak. Kemacetan ini menimbulkan inefisiensi pada distribusi logistik barang. "Bila ini berhasil dilakukan, maka direncanakan juga akan dibagun di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta," kata Edi kepada Tempo, Kamis 26 September 2013.

Proyek dengan investasi sekitar Rp 2 triliun tersebut digarap PT Pelindo III dan PT Adhikarya selaku kontraktor. Sementara ACT dirakit oleh PT Inka dan PT LEN dengan pengujian kelayakan proyek oleh BPPT. Selain mendemonstrasikan ACT, Dahlan Iskan juga dijadwalkan melihat perkembangan proyek pembangunan Terminal Penumpang modern di Pelabuhan Tanjung Perak. Setelah itu meninjau mega proyek Terminal Teluk Lamong dan melakukan kegiatan penghijauan disana.

Edi berharap, proses konstruksi terminal penumpang modern bisa diselesaikan april 2014 mendatang sehingga diharapkan berbarengan dengan penyelesaian Terminal Teluk Lamong yang akan dioperasikan pada awal mei 2014. "Terkait ground breaking monorel ACT diharapkan sudah bisa dimulai dibangun pada awal tahun 2014 dan diperkirakan membutuhkan waktu pengerjaan 1,5-2 tahun", ucapnya.

Nantinya ada 5 Sentra Train Station (STS), yakni STS Teluk Lamong, STS Greges, STS Kalianak, STS Tanjung Batu dan STS Tanjung Perak. STS berfungsi sebagai terminal bongkar muat petikemas menggunakan ACT. Sebelum diangkut ACT, petikemas dari depo akan dikirim menggunakan truk ke STS. Pelindo III juga berencana membentuk anak usaha yang menjalankan unit bisnis ACT. Setelah BPPT menyatakan proyek tersebut lulus uji kelayakan, Pelindo III segera membahas pembagian komposisi modal dengan PT Adhi Karya. "Bagi-bagi modal ini menunggu uji kelayakan keluar dulu," katanya. (Tempo.co.id)

Menhan: Indonesia Butuh Tentara Khusus Perang Siber


MAKASSAR -- Indonesia di zaman informasi dan teknologi ini membutuhkan tentara khusus untuk melawan dan menangkal perang khusus dalam bentuk siber atau cyber army. Hal itu diungkapkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Makassar Rabu (26/9). 

"Kita ini memang harus mempunyai tentara khusus di bidang siber karena perang itu bukan hanya dalam bentuk gerilya maupun fisik tetapi butuh juga tentara yang mampu melawan perang di dunia siber," tegasnya didampingi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman.

Ia mengatakan, di dunia IT sekarang ini banyak penjahat-penjahat atau orang iseng yang ingin mencoba meretas beberapa informasi penting yang seharusnya tidak untuk diketahui masyarakat umum.

Kepandaian sebagian masyarakat sekarang seperti pembobol ataupun peretas kunci rahasia (hacker) itu sudah harus diantisipasi karena di negara besar seperti Indonesia punya banyak informasi yang harus dilindungi.

Makanya, pihak Kementerian Pertahanan (Kemhan) akan segera membentuk satuan khusus tentara siber untuk menangkal serangan di dunia siber yang dapat mengganggu kedaulatan negara dan pertahanan negara.

"Kami berencana membentuk cyber army. Setiap tahun kami lakukan kompetisi cyber dan ada yang dikhususkan bertahan maupun menyerang," kata Menhan Purnomo Yusgiantoro.

Pembentukan "cyber army" merupakan bagian dari pembangunan pertahanan sistem komunikasi siskom) dan sistem informasi (sisinfo) Kementerian Pertahanan.

Ia menegaskan "cyber army" yang dibentuk akan terdiri atas kalangan militer yakni Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD), TNI AU, dan TNI AL hingga kalangan sipil.

"Serangan cyber yang dapat mengganggu kedaulatan bangsa saat ini cukup terbuka lebar. Cyber army akan terdiri dari militer nonmiliter dan dibentuk untuk menangkal serangan tersebut," ucap Purnomo.

Sebelumnya, Kemhan juga berencana membangun Pusat Pertahanan Siber (Cyber Defence) untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah dari kejahatan dunia maya.

Pembangunan pertahanan siber itu, kata Purnomo, juga melibatkan tiga angkatan, yakni TNI AD, TNI AL, TNI AU. Kementerian Komunikasi dan Informatika akan membantu tata kelola, infrastruktur, peralatan, dan sumber daya manusianya. (Republika.co.id)

Wednesday, September 25, 2013

Pemerintah beli 16 Sukhoi senilai US$ 1,17 miliar


MAROS. Akhirnya pesawat tempur jenis Sukhoi pesanan pemerintah Indonesia dari Rusia telah tiba. Menteri Pertahanan (Kemhan) Purnomo Yusgiantoromenghadiri secara langsung serah terima pembelian pesawat tersebut di Landasan Udara (Lanud) Hasanuddin TNI AU, Mandai, Maros, Makassar hari ini Rabu (25/9).
Purnomo didampingi oleh Kepala Baranahan Kemhan Laksamana Muda TNI Rachmad Lubis, Panglima TNI Jendral TNI Moeldoko, Pangkoopsau II Marsda TNI Agus Supriatna dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin.
Rencananya 16 pesawat tempur Sukhoi pesanan Kementerian Pertahanan tersebut akan di tempatkan di Skuadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin.
Untuk pengadaan 16 unit pesawat Sukhoi tersebut, pemerintah mengeluarkan anggaran sebesar US$ 1,17 miliar. Kepala Baranahan Kemhan Laksamana Muda TNI Rachmad Lubis merinci pengadaan 16 Sukhoi (satu skuadron) tersebut dilakukan melalui empat tahap.
Tahap pertama dimulai 2003-2004, dimana pemerintah memesan empat unit Sukhoi dengan anggaran US$ 193 juta. Tahap kedua atas persetujuan DPR RI, maka pada 2007 ditambah lagi enam unit yang menelan anggaran US$ 335 juta.
Tahap ketiga pada 2011, enam unit Sukhoi pun dipesan lagi seharga US$ 470 juta dengan tipe terbaru. Kemudian tahap terakhir pada 2013, anggaran yang digelontorkan senilai US$ 175 juta untuk enam Sukhoi terakhir. Selain untuk pengadaan pesawat, anggaran tersebut juga termasuk untuk pengadaan amunisi, latihan para pilot dan logistik.
Purnomo Yusgiantoro menambahkan bahwa selain bersumber dari APBN, anggaran juga berasal dari pinjaman luar negeri. Namun ia mengatakan agar publik jangan melihat berapa banyak anggaran yang dikeluarkan untuk pengadaan pesawat Sukhoi ini.
Sebab, dengan jangka waktu pembelian selama sepuluh tahun tersebut, spesifikasi Sukhoi berbeda dibandingkan spesifikasi sebelumnya, sehingga harganya pun berbeda.
"Yang dulu mahal, sesuai spesifikasi teknis pesawat, karena dari waktu ke waktu harga juga berbeda. Kami transparan angka dan jumlah pesawat, jangan sampai ada persepsi keliru di masyarakat," jelasnya. (Muthmainnah Amri/Tribunnews.com)

Monday, September 23, 2013

Sekali Setrum, 'Lamborghini' Listrik Dahlan Iskan Bisa Digeber 300 Km


Jakarta - Saat ini mobil sport listrik baru pesanan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan sudah selesai. Sekali dilakukan charge/setrum pengisian listrik, mobil ini bisa digeber cukup jauh.

Si pencipta mobil listrik ini yaitu Dasep Ahmadi mengatakan, mobil sport listrik baru ini dilengkapi gear box yang benar-benar mirip Lamborghini asli.

"Itu sekali charge bisa menempuh sampai 300 km," ucap sang pencipta Dasep Ahmadi kepada detikFinance, Selasa (24/9/2013).

Dasep mengatakan mobil listrik sport berwarna kuning ini telah dikembangkan selama 6 bulan. Saat ini mobil listrik tersebut sudah nangkring di rumah dinas Dahlan yang berlokasi di Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan.

Namun belum tahu kapan Dahlan akan memperkenalkan mobil listrik ini. Selo, diambil dari nama dari bahasa Jawa yang memiliki arti batu. Selain Selo, Dahlan juga mendukung pengembangan mobil listrik versi Alphard, city car, dan bus.

Dahlan Rogoh Rp 1,5 Miliar untuk Biayai Mobil Listrik 'Lamborghini'


Jakarta - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku membiayai sendiri pengembangan mobil listrik jenis sport car bernama Selo. Pengembangan mobil yang mirip desain mobil sport mewah Lamborghini ini menghabiskan dana Rp 1,5 miliar/unit.

"Itu Rp 1,5 miliar. Iya ini dana saya," ucap Dahlan kepada detikFinance di Kementerian BUMN Jakarta, Selasa (24/9/2013).

Dahlan mengatakan mobil listrik sport ini memiliki perbedaan dengan mobil listrik sport Tucuxi yang diciptakan oleh Danet Suryatama yang tak dilengkapi gear box. Sedangkan 'Lamborghini' sudah dilengkapi gear box dan memiliki kecepatan hampir serupa.

"Ya standar kurang lebih sama," jelasnya.

Dahlan tak mau berkomentar lebih jauh soal rencana memproduksi masal mobil listrik mewah ini, meskipun Dahlan tak menutup kemungkinan soal produksi massal. (Detik.Finance)

Skuadron Udara 11 TNI AU "The Flankers" tambah kuat


Jakarta - Skuadron Udara 11 Wing 5 TNI AU yang berkedudukan di Pangkalan Udara Utama TNI AU Hasanuddin, Makassar, tambah kuat. Jumat malam lalu (22/2) dua jet tempur Sukhoi Su-30 Mk2 Flanker tiba, mendarat di landasan pangkalan udara itu pada pukul 22.15 WITA.
Kedua Su-30 Mk2 itu tidak diterbangkan dari pabriknya, melainkan dibawa pesawat angkut raksasa Antonov An-124 bernomor penerbangan VDA 6132 yang dipiloti Vladimir Gorbunov, bersama 17 awak pesawat terbangnya.
Pesawat angkut itu terbang dari Bandar Udara Dzemgi, Rusia, pukul 00.30 UTC Rabu pekan lalu. Rute yang ditempuh Bandar Udara Dzemgi-Bandar Udara Ninoy Ag (Manila/Filipina)-Pangkalan Udara Utama TNI AU Hasanuddin, Makassar.
Saat tiba, kedua Su-30 Mk2 itu dalam keadaan dilepas sayap-sayap, dan radome radarnya agar muat di dalam ruang kargo An-124-100 itu. Setelah lengkap diturunkan semuanya, kedua pesawat tempur dengan riwayat penerbangan masih 0 jam terbang, baik untuk mesin ataupun struktur pesawat terbangnya, dirakit.
Kedua pesawat tempur TNI AU itu bagian dari enam tambahan Sukhoi Su-30 dan Su-27 yang dipesan lagi oleh Indonesia dari Rusia. Indonesia memesan varian Su-27 SKM dan Su-30 Mk2, karena Rusia menyesuaikan keperluan pembeli.
Jika semuanya lengkap, maka kekuatan Skuadron Udara 11 itu akan sebanyak 16 pesawat tempur. Sejak awal pada Maret 2003, Indonensia membeli seluruh penempur TNI AU itu dari pabriknya, KNAAPO (Komsomolsk-na Amure Aircraft Production Association) di Rusia.
Saat itu dua Su-27 SKM dan satu Su-30 Mk2 mendarat di Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi, Maospati, Jawa Timur. Kedatangan kali kedua seri Sukhoi yang memiliki kemampuan di atas F-15 Eagle atau pesawat tempur generasi 4 ini adalah pada 2009 dan 2010.
Menurut sumber, berlainan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat pada umumnya, Rusia menjual produk-produk persenjataannya --terutama pesawat tempur-- dalam modul-modul terpisah, yang mengharuskan pembeli jeli dan cermat.
Masing-masing modul --termasuk sistem kesenjataan dan avionika-- itu dibeli secara terpisah dengan pelatihan terpisah pula. Persenjataan Sukhoi itu, sebagai misal, melalui proses yang berbeda dengan proses pembelian pesawat tempurnya. Ini yang menyebabkan selama beberapa tahun, Su-27 SKM dan Su-30 Mk2 TNI AU terbang tanpa dilengkapi peluru kendali dan persenjataan lain. (*)
Editor: Ade Marboen (Antara News)

Dua T-50i Golden Eagle TNI AU tiba


Kuala Namu, Sumatera Utara - Tekad TNI mewujudkan kekuatan esensial minimumnya pelan-pelan mulai terwujud, sejalan dengan kedatangan dua unit pesawat latih-taktis jet tempur T-50i Golden Eagle, di Pangkalan Udara Utama Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, kemarin (11/9).
Kedatangan kedua "Elang Emas" ini dilakukan setelah menempuh penerbangan feri dari pabriknya, Korean Aviation Industries, di Sacheon, Gyeongsang, Korea Selatan, melalui Taiwan dan Filipina, sejak beberapa hari sebelumnya.
Adalah Panglima Komando Operasi Udara II TNI AU, Marsekal Muda TNI Agus Supriatna, yang menyambut kedua unit T-50i di hanggar Skuadron Udara 15 di pangkalan udara itu, demikian keterangan tertulis TNI AU.
T-50i yang potongannya sangat mirip dengan F-16 Fighting Falcon itu memang ditujukan menggantikan peran Hawk Mk-53 buatan British Aerospace, yang telah berdinas sejak pertengahan dasawarsa '80-an.
Secara kemampuan, T-50i Elang Emas yang menjadi "juara" menyingkirkan pesaingnya, Yakovlev Yak-130 Mitten (Rusia) dan Aermacchi M-346 (Italia) memang seolah menjadi "jembatan" antara tempur taktis, latih jet tempur, dan patroli terbatas, serang udara-darat dan udara-udara, menuju tempur strategis-taktis Sukhoi Su-27 Flanker series.
Sesuai dengan azazinya sebagai tempur taktis, kedua T-50i Golden Eagle --Indonesia menjadi operator pasti pertama internasionalnya-- diberi kodifikasi TT di sayap tegak pesawat tempur berukuran cukup mungil hasil kolaborasi KAI dengan Lockheed Martin (pengembang kini F-16Fightning Falcon).
Dengan begitu, kedua T-50i Golden Eaglealias Elang Emas yang diterbangkan penerbang uji KAI, Kwon Huiman, dan Lee Dong-kyo itu diberi kode tempur TT-5003 dan TT-5004. Dua angka pertama setelah huruf TT menunjukkan tipenya (T-50i), dan dua angka terakhir menunjukkan nomer urutnya.
Yang menarik, sesuai keterangan Dinas Penerangan TNI AU, sebelum menyentuh landasan pacu pangkalan penempur TNI AU itu, kedua Elang Emas itu dikawal di udara oleh pesawat-pesawat tempur yang akan dia gantikan, yaitu dua Hawk Mk-53 Skuadron Udara 15, membentuk Hawk flight. 
Pengawalan sekaligus penjemputan kehormatan itu dilakukan langsung Komandan Skadron Udara 15, Letnan Kolonel Penerbang Wastum dan second seater-nya, Mayor Penerbang Hendra. Masih didampingi di pesawat Hawk Mk-53 kedua, yang dipiloti Kapten Penerbang Gultom dan Letnan Satu Penerbang Yudistira.
Setelah bergabung di udara, keempat pesawat tempur TNI AU itu membentuk formasi kotak (box formation) dengan Hawk flight menjadi pimpinan penerbangan. Mereka terbang lintas dengan suara gemuruh mesin di udra hanggar dan kompleks Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi. 
Welcome home, Golden Eagle… Welcome to the club…  (Antara News)
Editor: Unggul Tri Ratomo

Tuesday, September 10, 2013

Dukung KTT APEC, Len Industri Siapkan WiMAX & Pemancar TV Digital


PT LEN Industri (Persero) menyatakan kesiapannya untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asian-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013 di Bali, pada 1–8 Oktober 2013.
Direktur Utama Len Industri Abraham Mose mengatakan dukungan yang diberikan melalui produk inovasi unggulan perseroan, di antaranya WiMAX dan pemancar TV digital. 
Menurutnya, Len akan berkontribusi dalam menyediakan perangkat layanan pemancar yang akan menyiarkan informasi langsung terkait dengan penyelenggaraan KTT APEC 2013 bersama dengan media partner terpilih.
“Len akan menggunakan teknologi pemancar TV digital dan WiMAX frekuensi 3,3–3,5 GHz yang merupakan hasil pengembangan dari kami,” tuturnya dalam keterangan resmi, Selasa (10/9/2013).
Len dikenal sebagai perusahaan yang bergerak di dunia broadcasting, khususnya pemancar TV analog. Lebih dari 60% pemancar TV analog dinilai telah berhasil mengudara dengan baik.
Sejalan dengan arahan dari Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengenai penggunaan TV digital, Len kini telah siap dengan inovasi tersebut.
Produk pemancar TV digital Len memiliki keunggulan di antaranya dapat melakukan kontrol dan monitoring menggunakan remote, konstruksi perangkat yang modular, ukuranhardware yang tidak terlalu besar, serta apabila diperlukan dapat pula menggunakantouch screen dan dual exciter.  (ra) (Bisnis.com)

Dahlan Iskan Tunggu Sertifikasi Mobil Listrik Generasi Kedua


JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan terus berupaya menyelesaikan proyek mobil listrik generasi ke-2. Saat ini, mobil listrik itu akan segera diluncurkan jika sudah mendapatkan sertifikasi resmi dari Kementerian Perindustrian.
"Sekarang proses di Kemenperin untuk dapat sertifikasi, kita harapkan 20 September ini selesai," harap Dahlan di DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (10/9).
Belajar dari pengalaman sebelumnya, mantan Dirut PLN ini mengaku tidak mau terlalu terburu-buru untuk mencoba mobil ini. "Saya pengen sekali coba mengendarai, tapi sekarang tunggu sertifikasi dulu lah, saya tidak mau salah lagi. Ya nanti setelah mendapatkan sertifikasi, baru akan dicoba," kata Dahlan.
Selain menyiapkan puluhan mobil listrik untuk kendaraan para delegasi KTT APEC di Bali Oktober mendatang, tim Pandawa Putra Petir tengah merakit 3 jenis mobil listrik yaitu tipe Alphard dan Bus. Sedangkan mobil sport yang diberi nama Selo merupakan pesanan Dahlan Iskan.(chi/jpnn)

Sunday, September 8, 2013

Sukhoi TNI AU akan lengkap satu skuadron tahun depan


Jakarta - Tahun depan, Skuadron Udara 11 TNI AU akan lengkap terdiri dari 16 pesawat tempur Sukhoi Su-27 Flankers series, termasuk sistem kesenjataan dan avionika tercanggih yang sedang dalam pemesanan.

"Insya Allah, tahun depan lengkap. Kami sangat mendukung perkuatan dari saat ini yang 40 persen dari kekuatan esensial minimum. Saya baru merasakan berada dalam kokpit pesawat tempur ini selama 30 menit di udara," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Armida Alisyahbana, di Jakarta, Kamis.

Bersama koleganya, Menteri Pendidikan Nasional, M Nuh, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, dan Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Moeldoko, dia diberi wing kehormatan penerbang tempur TNI AU. Adalah Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI IB Putu Dunia, yang menyematkan wing kehormatan penerbang tempur itu di flight suit masing-masing, disaksikan Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, dan segenap pimpinan TNI.

Dengan begitu, Alisyahbana menjadi perempuan pertama Indonesia yang ikut terbang dalam kokpit pesawat tempur generasi empat buatan Rusia itu, sekaligus perempuan pertama Indonesia yang berhak memakai wing kehormatan penerbang tempur TNI AU.

Menurut Alisyahbana, kelengkapan persenjataan Sukhoi Su-27 Flankers series (termasuk versi kursi ganda, Sukhoi Su-30MKI), merupakan satu paket program penguatan kekuatan militer di udara. Indonesia membeli Sukhoi Su-27 dari varian SKM untuk versi kursi tunggal, dan Su-30 Mk2 pada versi kursi ganda.

Dari sisi kesenjataan, Sukhoi Su-27 Flanker bisa dimuati peluru kendali berpemandu terdiri dari R-73, R-27ER, R-27ET, dan RVV-AEI. Sedangkan peluru kendali tak berpemandu yang bisa digotong adalah FAB-500M62/RBK-500/ZB-500, FAB-250M54, FAB-250M62, OFAB-100-120, B-8MI, dan B-13L.

Sukhoi Su-27 Flanker dengan manuver Pugachev-nya yang sangat menakutkan itu juga bisa membawa peluru kendali udara ke darat, yaitu Kh-29T, Kh-31P(A), Kh-59M, KAB-500Kr, KAB-1500Kr, selain 1.500 butir peluru munisi panas GSh-301 dari kanon 30 milimeter S-25.

Skuadron Udara 11 ada di bawah Wing 5 TNI AU yang berkedudukan di Pangkalan Udara Utama TNI AU Hasanuddin, Makassar. Pada akhir Februari lalu (22/2) dua jet tempur Sukhoi Su-30Mk2 Flanker tiba, mendarat di landasan pangkalan udara di Makassar itu.

Saat tiba, kedua Su-30 Mk2 itu dalam keadaan dilepas sayap-sayap, dan radome radarnya agar muat di dalam ruang kargo An-124-100 itu. Setelah lengkap diturunkan semuanya, kedua pesawat tempur dengan riwayat penerbangan masih 0 jam terbang, baik untuk mesin ataupun struktur pesawat terbangnya, dirakit.

Kedua pesawat tempur TNI AU itu bagian dari enam tambahan Sukhoi Su-30 dan Su-27 yang dipesan lagi oleh Indonesia dari Rusia. Indonesia memesan varian Su-27 SKM dan Su-30 Mk2, karena Rusia menyesuaikan keperluan pembeli.

Sejak awal pada Maret 2003, Indonesia membeli seluruh penempur TNI AU itu dari pabriknya, KNAAPO (Komsomolsk-na Amure Aircraft Production Association) di Rusia.

Saat itu dua Su-27 SKM dan satu Su-30 Mk2 mendarat di Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi, Maospati, Jawa Timur. Kedatangan kali kedua seri Sukhoi yang memiliki kemampuan di atas F-15 Eagle atau pesawat tempur generasi 4 ini adalah pada 2009 dan 2010.

Menurut sumber, berlainan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat pada umumnya, Rusia menjual produk-produk persenjataannya --terutama pesawat tempur-- dalam modul-modul terpisah, yang mengharuskan pembeli jeli dan cermat.

Masing-masing modul --termasuk sistem kesenjataan dan avionika-- itu dibeli secara terpisah dengan pelatihan terpisah pula. Persenjataan Sukhoi itu, sebagai misal, melalui proses yang berbeda dengan proses pembelian pesawat tempurnya.

Ini yang menyebabkan selama beberapa tahun, Su-27 SKM dan Su-30 Mk2 TNI AU terbang tanpa dilengkapi peluru kendali dan persenjataan lain.

Friday, August 30, 2013

Indonesia Bersiap Operasikan Pabrik Modul Tenaga Surya Terbesar


Indonesia akan memiliki pabrik modul tenaga surya skala besar. Proyek ini melibatkan perusahaan modul surya asal Indonesia, PT. Swadaya Prima Utama (SPU), dengan perusahaan Kanada, Canadian Solar Inc.

Pabrik yang akan dibangun kedua perusahaan diklaim merupakan pabrik modul surya terbesar di Indonesia. "Kapasitas produksi sebesar 60 megawatt [MW]. Pabrik dibangun di Cikampek. Operasional segera jalan antara Febuari-Maret 2014," ujar M. Syafrie Syarief, Direktur Utama Swadaya.

Syarief menambahkan produksi modul akan memprioritaskan kepentingan nasional, terutama kebutuhan listrik di kawasan Indonesia timur. "Produksi lebih ke Indonesia. Di satu sisi pemerintah punya perencanaan yang bagus soal energi terbarukan listrik. Kalau nggak sekarang dikembangkan, bisa diserbu pemain asing," kata dia.

Soal komponen pendukung pembangunan modul surya ini, Syarief memang mengakui industri ini masih tergantung pada rantai pasokan dari China. Ia mengatakan industri modul tenaga surya hampir sepenuhnya mengandalkan pasokan dari negeri Tirai Bambu itu.

Namun demikian, pihaknya secara bertahap akan mengurangi ketergantungan itu. "Anggota asosiasi modul solar di sini sudah komitmen kandungan lokal 40 persen. Kami upayakan peningkatan volume kandungan lokalnya, biar ada efisiensi," jelas dia.

PT. SPU sebelumnya telah memiliki fasilitas modul surya dengan kapasitas produksi 25 MW. Namun perusahaan itu berinisiatif memperbesar kapasitas produksi untuk menyesuaikan kebutuhan pasar di masa mendatang. Dengan kapasitas produksi 60 MW itu membuka peluang Indonesia dalam mendominasi pasaer modul surya di Asia Tenggara.

"Kita hanya di bawah Thailand saja. Kami bisa saja suplai modul surya ke Vietnam maupun Thailand. Tapi tetap prioritaskan kepentingan nasional dulu," ujar Syarief.

Modul surya yang diproduksi pabrik itu juga nantinya telah bersertifikat Eropa, AS dan Indonesia (VivaNews).

Thursday, August 29, 2013

Menristek Percaya Diri Alutsista RI Maju Pesat


YOGYAKARTA-- Pengembangan industri alat utama sistem persenjataan di Indonesia maju pesat. Penilaiain itu disampaikan Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta.

"Buktinya, salah satu alat utama sistem persenjataan (alutsista) produksi dalam negeri Panser Anoa, kini telah dipesan oleh Malaysia," katanya usai memberikan kuliah umum di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat  (5/10).

Selain itu, menurut dia, pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) juga akan mengembangkan pesawat tanpa awak atau nir-awak yang kegunaannya sangat mendesak di Indonesia.

Ia mengatakan Indonesia memiliki banyak gunung berapi serta luas lahan dan daerah pegunungan yang tidak bisa dijangkau manusia untuk melakukan sebuah penelitian.

Oleh karena itu, menurut dia, dalam waktu dekat akan diproduksi pesawat tanpa awak. "Pembuatan pesawat tanpa awak juga sejalan dengan pengembangan pesawat tempur yang bekerja sama dengan Korea selatan, termasuk pengembangan pesawat yang nanti dapat digunakan oleh Polri," katanya.

Menurut dia, sebelumnnya pengembangan teknologi dan industri alutsista seperti pesawat dan senjata di Indonesia terkesan tertinggal dari negara lain.

"Hal itu disebabkan perusahaan yang ada belum diberi kesempatan. Setelah presiden memerintahkan pengembangan alutsista produk dalam negeri, maka terlihat perkembangan yang sangat pesat," kata Menristek. (Republika.co.id)

Pesawat Tanpa Awak BPPT Banyak Diminati


JAKARTA -- Badan Pengembangan dan Penelitian Teknologi (BPPT), mengembangkan pesawat tanpa awak. Ternyata, pesawat ini banyak diminati baik perusahaan swasta maupun dalam negeri  hingga instansi luar negeri meminati pesawat surveilance ini. 

Menurut Chief Engineer BPPT Muhammad Dahsyat, pesawat nirawak tersebut dibuat masih untuk memasok kebutuhan di dalam negeri, seperti yang sudah dipesan oleh TNI sebanyak 3 unit untuk keperluan surveilance (pengawasan). Pesawat ini pun belum boleh dijual untuk umum.

Kalau dijual umum, kata dia, maka harus ada perjanjian dan persyaratan dulu. Termasuk, pelatihannya juga.

"Kalau kami pameran teknologi di Kemayoran, ada yang berminat dari luar negeri, tapi saya belum bisa menyebutkan dari mana. Yang jelas, instansi," ujar Dahsyat di Pameran Harteknas di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Kamis (29/8).

Selain TNI, kata dia, perusahaan minyak swasta di dalam negeri pun tergiur untuk memesan pesawat ini. Namun, Ia tidak menyebutkan berapa harga dan siapa pemesannya tersebut. 

"Oil company banyak yang minta untuk off shore,on shore. Mereka untuk mengamati kilang apakah ada permasalahan atau nggak," katanya. (Republika.co.id)

Wednesday, August 28, 2013

Helikopter Apache dan Arah Kebijakan Pembelian Alutsista RI


Dalam kunjungannya ke Jakarta awal pekan ini, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Chuck Hagel, melontarkan pengumuman istimewa: pemerinta

"Menyediakan helikopter kelas dunia kepada Indonesia merupakan contoh komitmen kami untuk membangun kapabilitas militer Indonesia," kata Hagel usai bertamu ke Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, di Jakarta 26 Agustus 2013.

Menhan Purnomo mengungkapkan pembelian heli tempur itu memodernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang sudah tergolong usang. Hampir 20 tahun lebih, kata Purnomo, Indonesia belum membeli peralatan militer baru.

"Kami membelinya sebagai bagian dari upaya modernisasi peralatan perang militer Indonesia. Kami akui bahwa kualitas militer Indonesia masih rendah, oleh sebab itu akan terus diperbaiki," kata Purnomo.

Indonesia akan membeli Apache sebanyak delapan unit. Dalam satu paket, ungkap Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, delapan heli ini seharga US$500 juta (sekitar Rp5,4 triliun). Oktober 2014 sudah mulai tiba di Indonesia. "Pengiriman dilakukan bertahap. Lengkap dengan persenjataan dan suku cadang," kata Sjafrie.

Apache adalah helikopter tempur andalan Angkatan Darat AS. Seri AH64E yang dibeli Indonesia ini adalah varian terbaru yang mulai diproduksi pada 2012.

Dibuat oleh Boeing Co., helikopter ini memiliki sistem persenjataan dan pengintaian yang canggih, dan dilengkapi dengan radar Longbow Fire Control, perangkat lacak, dan sistem sasaran yang dibuat bersama dengan Northrop Grumman dan Lockheed Martin, ungkap harian The Wall Street Journal.

Selain mengumumkan penjualan helikopter Apache, Menhan Hagel pun mengutarakan pujian pemerintah AS atas membaiknya transparansi dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. "Kita harus mengupayakan kemajuan berikut atas isu yang penting ini demi mewujudkan hubungan yang lebih baik dalam bidang pertahanan," ujar Hagel.

Dia pun mendukung kerjasama militer kedua negara, baik di bidang pelatihan bersama dan pendidikan perwira. Bahkan, Hagel pun mendukung saran pembentukan asosiasi anggota TNI yang pernah berkuliah dan berlatih di AS, begitu asosiasi tentara AS yang pernah berlatih dan menempuh pendidikan di Indonesia.

Sikap AS atas Indonesia soal kerjasama di bidang pertahanan dan militer ini sangat bertolak belakang dari dua puluh tahun lalu. Dulu AS menjatuhkan embargo jual beli senjata dan pelatihan tentara atas Indonesia, sebagai hukuman atas kekerasan TNI atas warga di Timor Timur - yang telah berubah menjadi negara Timor Leste - pada dekade 1990an.

Hukuman dari AS itu membuat Indonesia sempat tidak berdaya dalam upaya modernisasi alutsista. Banyak peralatan perangnya, termasuk jet F-16, dibeli dari Amerika namun tak bisa dimutakhirkan karena embargo dari Washington. Kesulitan ini diperparah oleh krisis moneter 1997-1998 yang membuat pemerintah RI harus berhemat untuk beberapa tahun.

Sikap AS mulai berubah saat presiden George W. Bush, mencabut embargo penjualan senjata atas Indonesia setelah bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi APEC di Korea Selatan pada November 2005. Di mata Bush, Indonesia mulai transparan dan menghormati HAM sekaligus menjadi salah satu mitra kunci kampanye perang melawan terorisme.

Lima tahun kemudian, 2010, AS membuka kembali kerjasama pelatihan dan pendidikan militer dengan Indonesia. Jual-beli alutsista AS dengan Indonesia belakangan ini kian intensif saat ekonomi RI sedang stabil dan Washington, sebaliknya, sedang berjuang mencari pendapatan yang banyak untuk mengatasi krisis anggaran.

Selain menjual helikopter Apache, AS pun telah mengumumkan hibah 24 unit jet tempur F-16 bekas ke Indonesia. Namun, jet-jet itu perlu dimutakhirkan dan Indonesia tetap harus membayar.  

Pasar Alutsista

Dengan anggaran pengadaan alutsista untuk tahun ini sebesar Rp81 triliun, seperti yang diungkapkan Menhan Purnomo pada Januari 2013, Indonesia menjadi pasar idaman bagi negara-negara produsen senjata. Bukan hanya AS, Rusia dan negara-negara lain pun berminat.

Wakil Menhan Sjafrie mengungkapkan Indonesia sudah memesan sistem peluncur roket MLRS dari Brazil sebanyak 38 unit. Lalu tank Leopard buatan Jerman akan dikirim bertahap, mulai September 2013 hingga Oktober 2014. "Diharapkan sudah bisa hadir di parade [HUT TNI] 5 Oktober 2013," kata Sjafrie, yang juga mantan Panglima Daerah Militer Jakarta Raya.
Sejumlah perwira TNI AU mengamati pesawat tempur Sukhoi
Sebagai salah satu raksasa produsen alutsista tingkat dunia, Rusia pun bertekad tidak mau kalah dengan AS untuk semakin aktif menjalin kerjasama dengan Indonesia di bidang pertahanan. Kerjasama ini tidak sebatas jual-beli alat-alat utama sistem pertahanan (alutsista), namun juga latihan militer bersama dan rencana membuat proyek patungan industri alutsista, ungkap laman berita Russia Beyond the Headlines (RBTH).

Viktor Komardin dari perusahaan ekspor senjata-senjata Rusia (Rosoboronexport) baru-baru ini mengungkapkan, Moskow akan menjual perangkat sistem SAM sekaligus membantu mempersiapkan jaringan pertahanan udara. Saat ini, Indonesia hanya memiliki rudal-rudal pertahanan SAM (surface-to-air missile) jarak dekat.

Sejak 2003, Rusia telah mengirim 12 unit jet tempur Sukhoi ke Indonesia. Pengiriman empat unit lagi masih menunggu persetujuan lebih lanjut.

Moskow pun telah menjual sejumlah helikopter militer Mi-35 dan Mi-17 kepada Jakarta. Alutsista lain yang dijual Rusia ke Indonesia adalah kendaraan tempur lapis baja BMP-3F, kendaraan pengangkut personel BTR-80A, serta senapan serbu AK-102.

Untuk membeli persenjataan itu, Moskow pada 2007 memberi fasilitas kredit sebesar US$1 miliar kepada Jakarta. Kerjasama pertahanan di luar jual-beli persenjataan juga telah berlangsung, seperti menggelar latihan bersama memerangi perompak di laut antara pasukan Indonesia dengan Rusia pada 2011. 

Rusia pernah menjadi pemasok utama alutsista Indonesia tempo dulu. Saat masih berbentuk Uni Soviet (USSR), Rusia menjual persenjataannya ke Indonesia tidak lama setelah kedua negara membuka hubungan diplomatik pada 1950. Di tahun-tahun awal, banyak pula personel angkatan laut dan udara Indonesia dikirim ke Uni Soviet untuk menempuh pendidikan.

Namun, hubungan itu terganggu di pertengahan dekade 1960an karena alasan-alasan politis. Kedua negara kembali melanjutkan hubungan di awal dekade 1990an, walau baru berjalan erat satu dekade kemudian karena saat itu masih terhalang beberapa faktor.

Contohnya, pembicaraan soal jual-beli jet tempur Rusia Sukhoi-30 ke Indonesia sudah berlangsung sejak 1997. Namun jual-beli itu baru disepakati pada 2003.

Eratnya kembali kerjasama pertahanan Rusia-Indonesia banyak terbantu berkat rengganggnya hubungan serupa antara Indonesia dengan Amerika Serikat di akhir dekade 1990an. Kerenggangan itu muncul setelah Washington menjatuhkan embargo penjualan senjata ke Jakarta karena menilai Indonesia saat itu melanggar Hak Asasi Manusia di Timor Timur, yang kini bernama Timor Leste sejak menjadi negara berdaulat pada 2002.

Embargo senjata AS ke RI itu, berikut suku cadang, berlangsung selama 1999-2005. AS mengakhiri embargo ketika Presidennya saat itu, George W Bush, menganggap Indonesia termasuk mitra penting memerangi terorisme.

Setelah mencabut embargo, AS pun terlihat aktif menawarkan mesin-mesin perangnya kepada Indonesia. Pada 2011, AS sepakat mengirim 24 unit jet tempur bekas tipe F-16 seri C/D blok 25 kepada Indonesia secara cuma-cuma, kecuali untuk biaya pemutakhiran (upgrade).

Pada akhir 2012, AS dan Indonesia berunding untuk jual-beli helikopter serbaguna UH-60 Black Hawk dan helikopter tempur AH-60D buatan Boeing.    

Namun, belajar dari embargo AS itu, Indonesia membuka pintu kerjasama seluas-luasnya kepada negara lain, termasuk Rusia, agar tidak lagi bergantung kepada satu pihak dalam pengadaan alutsista. Maka, sejak itu, Indonesia tidak hanya kembali berbisnis senjata dengan AS, namun juga mempererat kerjasama serupa dengan Rusia.(Viva News).

Monday, August 26, 2013

LIPI luncurkan telepon pintar `Bandros`


Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia meluncurkan ponsel pintar Bandros atau Bandung Raya Operating System sebagai salah satu hasil penelitian unggulan.


"Ponsel ini dipakai untuk kegunaan khusus, salah satunya bisa diatur sebagai telepon antisadap," ujar Kepala Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) LT Handoko di Puspiptek Tangerang Selatan, Senin.

Sebagai ponsel pintar yang dapat diatur menjadi antisadap, maka ponsel ini hanya dipakai untuk kegunaaan khusus terutama untuk segmen pemerintahan.

Handoko menjelaskan bahwa LIPI membuat ponsel pintar ini sesuai dengan pesanan dan kebutuhan serta fungsi, dan ditujukan untuk pemerintah serta korporat.

Lebih lanjut Handoko memaparkan bahwa para peneliti LIPI mengembangkan piranti lunak Bandros pada awalnya ditujukan untuk pasien rumah sakit dan pemberian informasi perihal sistem peringatan dini. 

Handoko sebagai ketua tim penelitian pengembangan Bandros menjelaskan bahwa ponsel cerdas tersebut menggunakan sistem operasi (OS) `open-source` berbasis Linux.

Penelitian sistem operasi ini baru dimulai pada 2010, dengan melakukan penelitian tergadap perangkat sistem tertanam. 

Sistem operasi tersebut dia jelaskan sebagai pengembangan dari sistem operasi `desktop` yang sudah diciptakan sebelumnya.

"Sistem operasi Bandros dikenalkan kepada masyarakat diawali dengan pengembangan Stasiun Pemantau Cuaca," jelas Handoko. 

Pengembangan sistem operasi ponsel ini dibiayai oleh APBN melalui Dipa Pusat Penelitian Informatika - LIPI, dengan dana awal yang direncanakan Rp250 juta namun pada akhirnya hanya sekitar Rp50 juta yang diberikan dengan alasan penghematan anggaran.(ANTARA News) 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...