Pages

Monday, September 23, 2013

Skuadron Udara 11 TNI AU "The Flankers" tambah kuat


Jakarta - Skuadron Udara 11 Wing 5 TNI AU yang berkedudukan di Pangkalan Udara Utama TNI AU Hasanuddin, Makassar, tambah kuat. Jumat malam lalu (22/2) dua jet tempur Sukhoi Su-30 Mk2 Flanker tiba, mendarat di landasan pangkalan udara itu pada pukul 22.15 WITA.
Kedua Su-30 Mk2 itu tidak diterbangkan dari pabriknya, melainkan dibawa pesawat angkut raksasa Antonov An-124 bernomor penerbangan VDA 6132 yang dipiloti Vladimir Gorbunov, bersama 17 awak pesawat terbangnya.
Pesawat angkut itu terbang dari Bandar Udara Dzemgi, Rusia, pukul 00.30 UTC Rabu pekan lalu. Rute yang ditempuh Bandar Udara Dzemgi-Bandar Udara Ninoy Ag (Manila/Filipina)-Pangkalan Udara Utama TNI AU Hasanuddin, Makassar.
Saat tiba, kedua Su-30 Mk2 itu dalam keadaan dilepas sayap-sayap, dan radome radarnya agar muat di dalam ruang kargo An-124-100 itu. Setelah lengkap diturunkan semuanya, kedua pesawat tempur dengan riwayat penerbangan masih 0 jam terbang, baik untuk mesin ataupun struktur pesawat terbangnya, dirakit.
Kedua pesawat tempur TNI AU itu bagian dari enam tambahan Sukhoi Su-30 dan Su-27 yang dipesan lagi oleh Indonesia dari Rusia. Indonesia memesan varian Su-27 SKM dan Su-30 Mk2, karena Rusia menyesuaikan keperluan pembeli.
Jika semuanya lengkap, maka kekuatan Skuadron Udara 11 itu akan sebanyak 16 pesawat tempur. Sejak awal pada Maret 2003, Indonensia membeli seluruh penempur TNI AU itu dari pabriknya, KNAAPO (Komsomolsk-na Amure Aircraft Production Association) di Rusia.
Saat itu dua Su-27 SKM dan satu Su-30 Mk2 mendarat di Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi, Maospati, Jawa Timur. Kedatangan kali kedua seri Sukhoi yang memiliki kemampuan di atas F-15 Eagle atau pesawat tempur generasi 4 ini adalah pada 2009 dan 2010.
Menurut sumber, berlainan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat pada umumnya, Rusia menjual produk-produk persenjataannya --terutama pesawat tempur-- dalam modul-modul terpisah, yang mengharuskan pembeli jeli dan cermat.
Masing-masing modul --termasuk sistem kesenjataan dan avionika-- itu dibeli secara terpisah dengan pelatihan terpisah pula. Persenjataan Sukhoi itu, sebagai misal, melalui proses yang berbeda dengan proses pembelian pesawat tempurnya. Ini yang menyebabkan selama beberapa tahun, Su-27 SKM dan Su-30 Mk2 TNI AU terbang tanpa dilengkapi peluru kendali dan persenjataan lain. (*)
Editor: Ade Marboen (Antara News)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...